efect api


Minggu, 18 November 2012

kepemimpinan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kepemimpinan mempunyai arti yang sangat beragam , bahkan dikatakan bahwa definisi kepemimpinan sama banyak dengan orang yang berusaha mendefinisikannya. Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif  individual  dan asfek dari penomena yang paling  menarik perhatian mereka.
Adapun kepemimpinan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggerakan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasihati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan secar efektif dan efisien.
Dari pemaparan kepemimpinan diatas mungkinlah jelas tentang kepemimpinan, namun tentang model-model masih belum karena suatu model adalah suatu penelitian yang setiap saat bisa digugurkan antara satu model dengan model yang lain, karena sebuah model dalam kepemimpinan bersifat dinamis, dan mungkin hal inilah yang akan kita bahas dan menjadi pokok suatu permasalahan antara satu model dengan model yang lain. Dalam kesempatan ini kita akan membahas tentang model terbaru (sekarang) yakni model Transformatif, model yang dianggap lebih efektif dari model-model kepemimpinan sebelumnya.

B.     Tujuan Pengembangan Model
Adapun tujuan dari pengembangan model tranformatif ini yakni:
1.      Mengetahui dan mengerti tentang model kepemimpinan Transformatif.
2.      Mendeskripsikan model kepemimpinan transformatif.
3.      Mengerakkan atau mengarahkan personil dalam institusi menggunakan model transformatif guna menyelesaikan tugas sehingga tercapailah tujuannya.

BAB II
PEMBAHASAN

Kepemimpinan transformatif adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk menstranformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan transformatif juga dapat didefinisikan sebagai kepemimpinan dimana para pemimpin menggunakan kharisma mereka untuk melakukan transformasi dan merevitalisasi organisasinya. Akan tetapi, kepemimpinan transformatif berbeda dengan kepemimpinan kharismatik ala soekarno atau soeharto.
Para pemimpin yang transformatif lebih mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh. Pemimpin yang transformatif lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya. Pemimpin yang transformatif lebih menekankan pada bagaimana merevitalisasi institusinya, baik dalam level organisasi maupun negara. Secara lebih detil, para pemimpin yang trasformatif memiliki ciri-ciri berikut.
·         Pertama,  Pemimpin yang Transformatif memiliki karisma yang dapat menghadirkan sebuah visi yang kuat dan memiliki kepekaan terhadap misi kelembagaannya.Ini berarti setiap gerak dan aktivitasnya senantiasa disesuaikan dengan visi dan misi organisasinya. Inilah yang dijadikan sebagai acuan untuk tetap konsisten dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.
·         Kedua, Pemimpin yang Tranformstif senantiasa menghadirkan stimulasi intelektual. Artinya, mereka selalu membantu dan mendorong para pengikutnya untuk mengenali ragam persoalan dan cara-cara untuk memecahkannya.
·         Ketiga, pemimpin yang transformatif memiliki perhatian dan kepedulian terhadap setiap individu pengikutnya. Mereka memberikan dorongan, perhatian, dukungan kepada pengikutnya untuk melakukan hal yang terbaik bagi dirinya sendiri dan komunitasnya.
·         Keempat, pemimpin transformatif senantiasa memberikan motivasi yang memberikan inspirasi bagi pengikutnya dengan cara melakukan komunikasi secara efektif dengan menggunakan simbol-simbol, tidak hanya menggunakan bahasa verbal.
·         Kelima, mereka berupaya meningkatkan kapasitas para pengikutnya agar bisa mandiri, tidak selamanya tergantung pada sang pemimpin. Ini berarti pemimpin transformatif menyadari pentingnya proses kaderisasi dalam transformasi kepemimpinan berikutnya. Ini berbeda dengan model kepemimpinan karismatik yang memosisikan para pengikutnya tetap lemah dan tergantung pada dirinya tanpa memikirkan peningkatan kapasitas dari para pengikutnya.
·         Keenam, para pemimpin transformatif lebih banyak memberikan contoh ketimbang banyak berbicara. Artinya, Ada sisi keteladanan yang dihadirkan kepada para pengikutnya dengan lebih banyak bekerja ketimbang banyak berpidato yang berapi-api tanpa disertai tindakan yang konkrit.
Contoh pemimpin yang mempunyai model transformatif yaitu Barack Obama. Obama merupakan tipe pemimpin yang transformatif, bukan transaksional. Pemimpin transformatif bukan cuma dibentuk lewat pengalaman, tetapi sejatinya dilahirkan untuk memimpin.
Pemimpin transformatif dikaruniai kharisma. Pemimpin karismatis tecermin dari cahaya wajah, tutur bahasa, bahasa tubuh, kepemimpinan, dan intelektualitasnya. Pemimpin transformatif yang kharismatis memodali diri dengan gagasan ideal tentang bangsanya. Ia selalu berada dalam posisi berjuang di depan tanpa pernah meninggalkan yang di belakang.
Dalam perspektif kepemimpinan transformatif tadi, sekat yang membatasi antara peran kaum muda dan golongan tua justru menjadi jembatan dalam melakukan proses transformasi kepemimpinan.
Persoalan sesungguhnya justru terletak pada bagaimana membangun mekanisme dan sistem transformasi kepemimpinan. Hal itu hanya bisa berjalan jika ada visi dan konsistensi yang kuat dalam jiwa seorang pemimpin. Dan, itu bukan monopoli kaum tua atau kaum muda saja
Dari paparan keenam ciri pemimpin transformatif adalah didasari dengan spirit perubahan, maka dapat diringkas adanya esensi yang paling mendasar, yaitu pemimpin yang mempunyai konsistensi mewujudkan keadilan sisoal bagi masyarakatnya. Keadilan sosial itu akan terwujud bila mana pemimpin secara institusi mampu menghasilkan kebijakan sosial yang merepresentasikan segala isu-isu bersama, dengan perundang-undangan. Dan kebijakan sosial akan terlahir bila mana pemimpin mampu menyerap segala keluh masyarakat.
Lahirnya kebijakan pemerintah sekarang yang sering kali dirasa tidak berpihak pada masyarakat, dan banyaknya oposisi politik yang tidak jarang mengganggu kesetabilan roda pemerintahan, sudah menjadi bukti betapa sulitnya kita menemukan pemimpin yang transformatif tentunya yang juga mempunyai kharisma. Terlepas dengan konsep demokrasi, karena demokrasi bukanlah konsep untuk meluluhkan kharisma pemimpin.
Munculnya Megawati-Prabowo, SBY-Boediono, dan Jusuf Kalla-Wiranto yang kesemuanya berusia 60 tahun keatas, salah satu indikasi bahwa inilah pentas drama politik nasional kaum kemapanan akan lahir. Tentu harapan kita muncul pemimpin yang mempunyai spririt perubahan, energik, inovatif, mandiri dan berharisma (mampu menggiring masa dengan gagasannya). Dan karakter seperti itu sejatinya ada dikalangan muda.
Sebenarnya masih banyak cara lain untuk mewujudkan pemimpin transformatif di 2014, terutama kaum pegiat bangsa yang masih mempunyai semangat idealisme. Yaitu gerakan yang tersusun dengan apik. Kami  memfokuskan pada kalangan intelektual. Komunitas ini tidak akan bergerak sendiri, mereka pada umumnya mempunyai komunitas, seperti Perguruan Tinggi, OKP, LSM.



DAFTAR PUSTAKA


Ara hidayat, dkk. 2009.Pengelolaan Pendidikan.Bandung: Pustka Educa.
Kartono,Kartini.2005. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://uwiemolor.wordpress.com/2009/11/10/teori-teori-kepemimpinan/





















MODEL KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF


Disusun untuk memenuhi salah tugas mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan



Description: D:\UIN BARU.png



Disususn oleh :

Alex Dzul Malik Parwasa   1210206006
Endah Hidayah                  1210206030
Intan Nisa                           1210206046


Pendidikan Biologi  A / III




FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011

makalah materi pembelajaran


MATERI PELAJARAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Biologi

Disusun oleh :

Nama : darul palah
Nim : 1210206022
Kelas: A
Semester: III

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah  Materi Pelajaran.  Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas adanya sumbang sih dari berbagai sumber, oleh karenanya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga makalah ini selesai disusun.
Makalah ini berisikan tentang definisi dari materi pelajaran secara keseluruhan, analisi materi pelajaran, serta kaitannya dengan tujuan dan evaluasi pembelajaran.
Semoga kehadiran makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya para pendidik yang setiap harinya berinteraksi dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Makalah ini tentunya masih terdapat kekurangan untuk itu saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan oleh kami sebagai bahan perbaikan di kemudian hari. 

















                                                                                Bandung, 28 September 2011


                                                                                                Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
          A. Latar Belakang...................................................................................... 1
          B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
          A. Materi Pelajaran.................................................................................... 2
          B. Analasisi Materi Pelajaran.................................................................. .. 9
          C. Kaitan Tujuan Dengan Materi Pelajaran............................................... 9
          D. Kaitan Materi Pelajaran Dengan Evaluasi.......................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................ 11
Kesimpulan........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
     Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan memenuhi tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan kehidupannya.
     Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan dalam konteks pendidikan seyogyanya terfokus pada upaya memfasilitasi proses perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
       Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang Materi Pelajaran. Materi Pelajaran dapat ditentukan dengan langkah-langkah : identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, identifikasi jenis-jenis Materi Pelajaran, penentuan cakupan Materi Pelajaran, urutan  materi  pembelajaran.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Materi Pelajaran?
2.    Apa yang dimaksud dengan Analisis Materi Pelajaran?
3.    Bagaimana kaitan tujuan dengan Materi Pelajaran?
4.    Bagaimana kaitan materi pelajaran dengan evaluasi?





BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Materi Pelajaran
Materi Pelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi Pelajaran (instructionalmaterials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi Pelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
Materi Pelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan Materi Pelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap Materi Pelajaran tersebut.
Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan Materi Pelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.
1)   Jenis-Jenis Materi Pelajaran
Jenis-jenis Materi Pelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut. 
a.    Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.
b.    Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi  dan sebagainya.
c.    Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
d.   Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
e.    Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya  nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja.
2)        Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan Materi Pelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a.    Relevansi artinya kesesuaian. Materi Pelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka Materi Pelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.  Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya  (Ekonomi kelas X semester 1) maka pemilihan Materi Pelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang hukum permintaan dan penawaran” (materi konsep), bukan  Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi (materi prosedur).
b.    Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan merasionalkan pecahan bentuk akar.
c.    Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
Adapun dalam pengembangan Materi Pelajaran guru harus mampu mengidentifikasi Materi Pelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
1)   potensi peserta didik;
2)   relevansi dengan karakteristik daerah;
3)   tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
4)   kebermanfaatan bagi peserta didik;
5)   struktur keilmuan;
6)   aktualitas, kedalaman, dan keluasan Materi Pelajaran;
7)   relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
8)   alokasi waktu.
3)        Langkah-Langkah Penentuan Materi Pelajaran
a.    Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan Materi Pelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap  standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi  dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
·           Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,  dan penilaian.
·           Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
·           Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
b.   Identifikasi Jenis-jenis Materi Pelajaran
·      Ranah Kognitif
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian Materi Pelajaran  dengan tingkatan aktivitas /ranah  pembelajarannya. Materi  yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
      i.          Identifikasi materi pokok pada kompetensi dasar
Materi pokok merupakan berisikan butir-butir bahan pembelajaran pokok yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Setiap kompetensi dasar sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tuntutan atau tingkat kompetensi dan Materi Pelajaran. Dengan demikian dalam identifikasi materi pokok maka dengan mencermati unsur Materi Pelajaran pada kompetensi dasar.
    ii.          Analisis struktur isi pada materi pokok
Dari materi pokok dapat dianalisis struktur isinya yang meliputi fakta, konsep, dan prinsip serta prosedur. Cara yang paling mudah untuk menentukan struktur isi pada materi pokok yang akan dibelajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada materi pokok.
·      Ranah Afektif
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian.
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.
c.    Penentuan cakupan Materi Pelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup Materi Pelajaran harus memperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotor,  karena ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan Materi Pelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu Materi Pelajaran.
Kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SMP dan SMA, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SMP aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMA reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis semakin diperdalam.
Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu Materi Pelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada peserta didik di bidang jual beli, maka uraian materinya mencakup:
1)   penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi; 
2)   rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan penjualan;
3)   penerapan/aplikasi rumus menghitung  laba dan rugi.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Misalnya dalam mata pelajaran Biologi di kelas X, salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik adalah " Membuat produk daur ulang limbah ". Setelah diidentifikasi, ternyata Materi Pelajaran untuk mencapai kemampuan tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari peserta didik agar mampu membuat Surat Dagang sekurang-kurangnya meliputi: (1) membuat desain produk, (2) menentukan alat dan bahan yang digunakan,  (3) menentukan langkah-langkah pembuatan.
d.   Urutan  Materi  Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi  pembelajaran  mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya,  materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum dipelajari.
Materi Pelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.
1)   Pendekatan prosedural.
Urutan Materi Pelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah: dalam menelpon, dalam mengoperasikan peralatan  kamera video, cara menginstalasi program computer, dan sebagainya.
Contoh : Urutan Prosedural  (tatacara)
Pada mata pelajaran Biologi, peserta didik harus mencapai kompetensi dasar ” Menjelaskan hubungan gen (DNA)-RNA-polipeptida dan proses sintesisprotein”.  Agar peserta didik berhasil mencapainya, harus melakukan langkah-langkah berurutan mulai dari cara hubungan DNA-RNA-polipeptida, transkripsi dan replikasi DNA, urutan proses sintesis protein. Prosedur tersebut dapat disajikan dalam Materi Pelajaran sebagaimana dalam tabel di bawah ini :
2)   Pendekatan hierarkis
Urutan Materi Pelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
4.    Penentuan Sumber Belajar          
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung  Materi Pelajaran  tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
1.         buku
2.         laporan hasil penelitian
3.         jurnal (penerbitan hasil penelitian  dan pemikiran ilmiah)
4.         majalah ilmiah
5.         kajian pakar bidang studi
6.         karya profesional
7.         buku kurikulum
8.         terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
9.         situs-situs Internet
10.     multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
11.     lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)
12.     narasumber
Perlu diingat bahwa tidaklah tepat jika seorang guru hanya bergantung pada satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran  bukanlah usaha mengkhatamkan (menyelesaikan) keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan sumber belajar maupun Bahan Ajar secara bervariasi, untuk pengembangan bahan ajar dapat berpedoman dengan panduan pengembangan bahan ajar yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.

B.       Analisis Materi Pelajaran
Analisis Materi Pelajaran adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keselulruhan materi suatu pelajaran yang merupakan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai dan dimiliki dalam proses pelajarannya. Materi pelajartan yang esensial itu mencakup tentang konsep kunci keilmuwan, tema-tema utama, dan nilai-nilai dasar yang memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :
·      Universal, konsep kunci keilmuwan itu memiliki tingkat generalisasi yang tinggi
·      Adaptf, artinya dapat memberikan kemampuan kepada siswa untuk mengadaptasi perubahan dan perkembangan pengetahuan dan teknologi
·      Transferable, artinya konsep-konsep yang ada dalam pokok-pokok bahasan tersebut dapat dimanfaatkan atau digunakan bagi pemecahan masalah dalam berbagai pihak
·      Aplikatif, memungkinkan untuk diterapkan atau diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang keilmuwan dan teknologi
·      Meaningful, artinya layak bermakna dan bermanfaat untuk diketahui dan dan dikuasi oleh siswa

C.      Kaitan Tujuan Dengan Materi Pelajaran
Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.
D.      Kaitan Evaluasi Dengan Materi Pelajaran
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.
Kaitannya dengan materi pelajaran, dalam evaluasi pembelajaran itu terdapat evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan tutor, kurikulum dan Materi Pelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.

BAB III
PENUTUP

Materi Pelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Jenis-jenis Materi Pelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut: Fakta, Konsep, Prinsip, Prosedur, dan Sikap atau Nilai. Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi: Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan Materi Pelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy). Langkah-langkah penentuan Materi Pelajaran: identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, identifikasi jenis-jenis Materi Pelajaran, penentuan cakupan Materi Pelajaran, urutan  materi  pembelajaran.
Analisis Materi Pelajaran adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keselulruhan materi suatu pelajaran yang merupakan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai dan dimiliki dalam proses pelajarannya.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran.
Evaluasi pembelajaran itu terdapat evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan tutor, kurikulum dan Materi Pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

lpp.uns.ac.id/wp.../PANDUAN-EVALUASI-PEMBELAJARAN.pdf
blog.unsri.ac.id/Agung/makalah/...tujuan-pembelajaran/.../11168